Pendakian Gunung Geureudong 2885 Mdpl: MAPALA JE Menembus Sunyi Menuju Atap Bener Meriah
Kami adalah anggota MAPALA Jabal Everest, organisasi pecinta alam yang tak hanya mendaki gunung, tapi juga mencintai setiap jengkal perjalanan yang dilalui. Dari perencanaan, pendanaan, hingga simulasi pendakian di Gunung Batee Meucica, semua kami lalui demi satu tujuan: menjejakkan kaki di puncak Geureudong.
Gunung Geureudong menjulang setinggi 2.885 mdpl. Secara geografis, gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Ia adalah gunung berapi tua, kini tidak aktif, namun tetap menyisakan jejak geologis yang menakjubkan. Kawasan ini dikenal memiliki sumber air panas alami, serta keanekaragaman hayati yang kaya — mulai dari hutan tropis lebat, flora endemik, hingga satwa liar yang jarang ditemui di daerah lain.
Bagi pendaki, Geureudong bukan sekadar gunung; ia adalah guru diam yang mengajarkan kesabaran, kerja sama, dan rasa hormat pada alam. Jalur pendakiannya masih minim penanda dan cukup menantang, membuatnya cocok bagi para petualang yang haus akan pengalaman yang "liar".
Menuju Pantan Lues: Gerbang Pendakian
Sekitar pukul 11:00 WIB, usai seremoni pelepasan, kami berangkat menuju Pantan Lues, desa kecil di Kecamatan Gajah Putih, Kabupaten Bener Meriah. Enam jam perjalanan dengan sepeda motor membawa kami menembus jalanan berliku, tanjakan dan turunan, hingga akhirnya kami tiba di desa yang dalam bahasa Gayo berarti "ketinggian yang luas".
Meski baru resmi menjadi desa pada tahun 2003, Pantan Lues menyambut kami dengan hangat. Kami menginap di rumah kepala kampung — bukan sekadar tempat bermalam, tapi rumah yang dalam waktu singkat menjadi tempat nyaman penuh canda, cerita, dan teh hangat yang menghangatkan tubuh dan hati.
Malam itu udara mencapai titik dingin yang membuat tangan enggan bergerak, tapi sambutan masyarakat menghangatkan segalanya. Inilah awal dari rasa syukur yang terus kami rasakan selama ekspedisi ini.
Pagi 28 Desember, kami pamit kepada keluarga baru kami. Dengan diantar sepeda motor sejauh 3 km ke batas jalur hutan, perjalanan dimulai. Di sisi kiri-kanan, kebun kopi milik warga menghampar hijau, diselingi gubuk-gubuk kosong tempat para petani biasa beristirahat. Kami menginap di salah satu gubuk tersebut, mempersiapkan logistik, dan melakukan briefing malam hari.
Esoknya, 29 Desember 2012 pukul 08:00 WIB, kami mulai menapaki jalur dari ketinggian 1.785 mdpl. Koordinat GPS menunjukkan N 04°48'11.3" / E 96°47'04.6". Jalur yang kami hadapi penuh semak berduri, rotan liar, dan pohon-pohon besar. Parang mulai bekerja, dan kompas menjadi petunjuk arah utama. Co-navigator bahkan beberapa kali harus memanjat pohon untuk melihat medan dari ketinggian karena rapatnya vegetasi.
Setiap 30 menit kami melakukan istirahat lima menit untuk mengatur napas dan menyusun ulang semangat. Jalur semakin berat karena kami melewati punggungan curam yang diapit jurang.
Menjemput Puncak: Di Ujung Kekuatan
Pukul 17:00, kami tiba di ketinggian 2.764 mdpl, tepat sebelum puncak. Titik ini kami gunakan untuk berkemah dan mengisi ulang energi. Koordinat tempat kami bermalam adalah N 04°48'29.0" / E 96°48'39.1".
30 Desember, pagi-pagi sekali, suhu menusuk tulang. Jalur menuju puncak sempat membuat kami tersesat ke arah jurang, tapi berkat resection, kami kembali ke trek semula. Kami harus mendaki terjal terakhir sebelum akhirnya pukul 11:55 WIB kami tiba di puncak Gunung Geureudong. Kami berdiri di titik N 04°48'49.6" / E 96°48'58", tempat berdirinya Pilar P.131 yang menjadi penanda resmi. Pilar ini direnovasi oleh PA-Caniva pada 1 Muharram 1431 H. Dua jam kami habiskan di sana — menikmati kemenangan atas diri sendiri dan alam.Turun dan Kembali: Langkah Terakhir
Perjalanan turun kami lakukan melalui jalur yang sama. Walau lebih cepat, tantangannya tak kalah berat. Turunan curam membuat kami harus berlari kecil untuk menjaga keseimbangan. Beberapa kali ada yang tergelincir, namun semuanya dalam kondisi aman.
Sore hari kami tiba kembali di camp awal dan bermalam di sana. 31 Desember 2012 pagi, kami berkemas, berdoa, dan kembali ke rumah kepala kampung Pantan Lues. Teh hangat kembali menyambut kami.
Setelah bersih-bersih dan berpamitan, pukul 15:00 WIB kami bertolak kembali ke Sigli — membawa pulang kisah, pelajaran, dan kenangan yang tidak akan pernah hilang.
Tips Pendakian Gunung Geureudong
-
Waktu terbaik: Musim kemarau (Juli–September atau akhir Desember seperti kami)
-
Perizinan: Lapor ke kepala desa Pantan Lues sebelum memulai pendakian
-
Perlengkapan wajib: Parang, GPS/kompas, pakaian hangat, sepatu gunung
-
Sumber air: Ada di sekitar area camp awal, bawa persediaan cukup untuk jalur puncak
-
Jalur umum: Lewat kebun kopi, mendaki dari sisi Pantan Lues
Infografis: Jalur dan Fakta Gunung Geureudong
-
Start: Pantan Lues (1.200 mdpl)
-
Motor Stop Point: 1.500 mdpl
-
Titik Mulai Jalan Kaki: 1.785 mdpl (N 04°48'11.3" / E 96°47'04.6")
-
Camp 1: 2.764 mdpl (N 04°48'29.0" / E 96°48'39.1")
-
Puncak: 2.885 mdpl (N 04°48'49.6" / E 96°48'58")
Gunung Geureudong bukan hanya tentang ketinggian, tapi tentang perjalanan. Tentang bagaimana tujuh anak muda mengalahkan rasa lelah, menantang dingin, dan menaklukkan rasa takut. Bagi kami, ekspedisi ini bukan akhir — tapi awal dari rasa cinta yang lebih dalam terhadap alam.
Dan siapa tahu, mungkin cerita kami akan membawamu untuk menapaki jejak serupa. Karena setiap puncak selalu punya cerita, dan cerita terbaik adalah yang kita alami sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar